Pages

Jumat, 18 November 2011

Krisis Moral, Lagu Zaman Sekarang




Ku hamil duluan sudah tiga bulan…, itulah sebagian syair dari sebuah lagu yang pernah saya dengarkan dari salah satu stasiun radio. Miris sekali rasanya mendengar lagu hasil produksi dalam negeri yang bersyair seperti itu, syair yang jelas sekal tak mendidik bagi para pendengarnya.

Sungguh berbeda lagu-lagu zaman sekarang dengan lagu-lagu yang pernah eksis di tahun 70-an sampai 80-an yang rata-rata mengandung kemanfaatan di dalamnya, tak hanya itu, di era tersebut juga masih sering dinyanyikannya lagu wajib nasional oleh orang-orang di negeri tercinta ini, seperti lagu tanah airku, ibu pertiwi, ibu kta kartini, Indonesia pusaka, bagi mu negeri, dan lain-lain. Yang adapun lagu-lagu wajib nasional itu juga sering sekali dijadikan nyanyian setia oleh anak-anak Indonesia.

Namun di zaman sekarang, sunguh banyak lagu-lagu karya anak bangsa yang tak memenuhi aspek-aspek atau batasan-batasan yang benar untuk sebuah lagu yang layak didengarkan. Kebanyakan lagu-lagu pada zaman sekarang ini hanya mengutamakan kuantitas daripada kualitas dari lagu itu sendiri.

Pada saat ini, dunia permusikan Indonesia kebanyakan hanya di warnai oleh lagu-lagu yang hanya berorientasi pada tema yang tak terpuji seperti perselingkuhan, penipuan, kenakalan remaja, dan lainnya yang semuanya itu sangat bertentangan dengan moralitas yang ada.

Tak Cuma itu, lebih miris lagi di zaman sekarang ini, lagu-lagu yang beredar kuarang bisa menempatkan kategori yang pas bagi para pendengarnya. Banyak sekali anak-anak bangsa ini yang sering melantunkan lagu-lagu yang harus tak dilantunkan olehnya, seperti lagu playboy, hamil duluan, belah duren, keong racun, cinta satu malam, dan masih banyak lainnya. Hal-hal seperti itu tentunya harus dihindari dan di jauhkan dari jangkauan anak-anak bangsa ini.

Tak seperti pada 16 tahun yang lalu saat saya masih berstatus anak-anak, di saat itu semua anak-anak seumuran saya melantunkan lagu-lagu yang memang pas dengan dunia anak-anak, seperti lagu obok-obok, kasih ibu, balonku, bintang kecil, dan lain-lain. Dan pada saat itu juga anak-anak bangsa masih sering sekali melantunkan lagu-lagu wajib nasional, seperti hymne guru, garuda pancasila, berkibarlah benderaku, dan lain-lain.

Di zaman sekarang ini, di Indonesia ini, ku rindukan lagi lagu-lagu yang sarat akan nasehat bagi para penikmatnya, dan lebih kurindukan lagi, lagu-lagu wajib nasional di jadikan nyanyian setia bagi anak-anak generasi bangsa, di negeri tercinta ini. Sehingga takkan ada lagi lagu-lagu seperti hamil duluan dan yang serupa dengannya masih menjadi lagu setia bagi rakyat Indonesia yang terkenal akan kesopanan yang dikemas sebagai adat ketimuran itu.

Selasa, 15 November 2011

Atas Nama Sultan Demi Borneo di Ajang Takbir Salafiyah Syafi'iyah



Pagi itu  di pondok pesantren Slafiyah Syafi'iyah, Sukorejo,Situbondo, santri-santri menunggu pembacaan keputusan dewan hakim mengenai kelompok mana saja yang berhak masuk dalam seleksi final pada lomba takbir bertabuh yang di selenggarakan dalam menyambut idul adha oleh pusat IKSASS (ikatan santri slafiyah syafi'iyah).
Hampir semua santri menunggu pembacaan keputusan akbar itu, termasuk santri-santri yang berasal dari kalimantanyang tentunya berharap nama band utusannya disebut diantara 10 band yang berhak masuk seleksi final yang termuat dalam keputusan tersebut.
Berselang beberapa menit, akhirnya keputasan pun dibacakan melalui sound mushalla, semuanya antusias dengan penuh harap mendengarkan keputusan bergengsi tersebut. Urutan sepuluh band yang berhak masuk final itu dibaca dari urutan terakhir yakni sepuluh.
Santri-santri asal kalimantan pada saat itu terus mendengarkan dengan rasa harap-harap cemas, karena nama band utusannya belum juga di sebut hingga urutan  nomor tiga, semua terdiam diantara sorak sorai santri-santri lainya yang sudah mendengar nama band utusannya sudah disebut. Hinga nomor dua, band yang bernamakan Sultan Syarief Abdurrahman itu juga belum di sebut, semua santri-santri berlogo borneo sangat tegang, sambil berharap; "semoga band Sultan Syarief Abdurrahman berada di urutan no satu". Bersamaan dengan itu, semua santri di pondok pesantren Slafiyah Syafi'iyah terdiam mendengarkan, dan bertanya-tanya; "band utusan manakah yang ada di urutan pertama?'.
Sesaat kemudian, panitia membaca keputusan tersebut mulai menyebutkan band yang ada di urutan paripurna tersebut, dan ternyata dugaan santri-santri borneo pun tak luput, band yang ada di durutan no satu adalah band Sultan Syarief Abdurrahman. Seketika itu, sorak sorai santri-santri borneo tak dapat dibendung lagi, semua bersuka cita band dari borneo juga andil dalam final bergengsi di pondok pesantren Slafiyah Syafi'iyah.
Usai keputusan tersebut dibaca, yang ternyata band Sultan Syarief abdurrahman termasuk di dalamnya. Salah satu senior dari rayon kalimantan mengadakan rapat terhadap semua personel dan anggota rayon kalimantan semua, adapun rapat itu membahas mengenai apa saja yang akan dirancang dalam penampilan band Sultan Syarief Abdurrahman di final takbiri bertabuh itu. Saat itu semua peserta rapat berpendapat, berusaha memberikan yang terbaik bagi band besutan rayon kalimantan itu. Dua jam telah berlalu, rapat dinyatakan selesai, dan keputusan pun sudah terputuskan secara tuntas. Adapun keputusan pada rapat itu adalah akan diterapkannya etnik dayak dan melayu dalam penampilan band Sultan Syarief Abdurrahman di final takbir bertabuh.
Usai rapat tersebut semua santri-santri asal Kalimantan menuangkan ide dan kreativitas mereka untuk membuat dan mencari kepentingan-kepentingan berupa atribut dan aksesoris yang berhubungan dengan etnik dayak dan melayu, seperti prisai, panah, topi melayu, dan lain-lain, semuanya itu dilakukan demi borneo (rayon Kalimantan).
Setelah semua bekerja, aksesoris yang di buat pun telah siap untuk digunakan dalam penampilan band Sultan Syarief Abdurrahman yang akan tampil pada malam hari bertempat di aula putera PP-Sal-Syaf.
Jam menunjukkan jam 08:00 wib, panitia membuka ajang final takbir bertabuh yang disusul dengan acara cabut undi untuk para finalis oleh satu orang perwakilan dari band-bandnya masing-masing, salah satunya band Sultan Syarief Abdurrahman yang mendapat nomor undi lima diantara sepuluh band yang lain.
Dimulai dari nomor undi satu, bermacam-macam band tampil di atas pentas sambil bersaing dalam merebut kemenangan demi nama rayon masing-masing.
Empat band telah tampil, tiba saatnya band urutan nomor lima untuk tampil dan, bersaing di antara band lainnya.
Alat-alat musik pun diangkat menuju pentas. Semua personil berdoa dan yakin bahwa latihan dan persiapan sebelumnya akan membuat penampilannya menjadi yang terbaik malam ini.
Dengan penerapan etnik dayak bagi para pemain musik dan etnik melayu bagi tiga pelantun takbir, semua personil band Sultan Syarief Abdurrahman mulai menaiki pentas. Semua penonton serta juri sedikit tertawa melihat hal tak biasa dalam penampilan band asal borneo tersebut, karena band besutan borneo tersebut sebelumnya tak pernah mengaplikasikan etnik dayak dalam ajang-ajang serupa di tahun-tahun sebelumnya.
Setelah semua alat musik diangkat dan seluruh personil band berada di atas pentas, band Sultan Syarief Abdurrahman memulai aksinya. Alat musik pun ditabuh disusul dengan lantunan takbir agung, suasana semakin larut dalam musik yang dimainkan oleh band asal borneo itu. Band Sultan Syarief Abdurrahman pun mendapat apresiasi dari penonton dan juri. Tak hanya itu, vokalis (hadi) pada band Sultan Syarief Abdurrahman mendapat komentar baik dari salah satu juri yang berkomentar setelah penampilan selesai.
Selang beberapa menit, aksi band Sultan Syarief Abdurrahman berakhir, semua personil turun dan, alat musik pun diangkat kembali menuju asrama. Semua personil dan santri-santri asal kalimantan puas melihat penampilan band utusannya berjalan dengan lancar. Semuanya bersemangat demi mengharumkan nama sultan Syarief Abdurrahman di tanah jawa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

Facebook