Pada hari jum’at (23/3), sekitar
jam 21:00 wib aula pondok pesantren salafiyah syafi’iyah terlihat ramai oleh
kerumunan santri. Pada saat itu aula sedang digunakan untuk pembukaan ADISS
(Aliansi Dai Salafiyah Syafi’iyah). ADISS adalah sekolah dai yang digagas oleh pusat IKSASS (ikatan santri
salafiyah syafi’iyah).
ADISS merupakan gagasan baru pusat
IKSASS bertujuan untuk memfasilitasi seluruh santri berbakat dalam bidang
dakwah serta pidato, seperti apa yang dikatakan oleh kepala sekolah ADISS Ust.
Taufik Maulana. “ADISS ini juga diadakan untuk mengumpulkan santri-santri yang
memiliki komitmen ke depan dalam belajar menjadi dai”,imbuhnya.
Sekolah dai yang baru dibuka ini
ternyata sudah berhasil mendapatkan 30 peserta, melalui seleksi yang dilaksanakan
sebelumnya. Satu Diantara 30 santri yang berbakat itu adalah saudara Shabri
Athaillah. Shabri ini merupakan satu-satunya delegasi atau utusan dari IKSASS
Rayon Kalimantan yang lolos dalam seleksi sekolah dai tersebut.
Shabri Athaillah mengaku mulai
belajar menjadi dai, dan berpidato semenjak dia menjadi santri baru. Dia memang
berkeinginan sebelumnya jikalau di pondok ini terdapat sekolah dai semacam
ADISS ini. Tujuan dia mendaftar sebagai calon dai di ADISS tersebut ialah
ingin menjadi dai yang handal dan juga
bermanfaat bagi semua ummat islam. “Serta ingin selalu mewujudkan amar ma’ruf nahi
munkar ketika bermasyarakat nanti”, tutur pemuda yang memiliki hobi baca al-Quran
itu.
Tak hanya itu, Shabri Athaillah
ternyata santri asal Kalimatan yang dipercaya untuk menampilkan pidatonya dalam
acara pembukaan ADISS ini (sekolah dai). Pidato yang dia sampaikan kala itu
bertemakan tentang. Dengan etorika dakwah yang dia miliki Shabri berhasil
menyampaikan pidatonya dengan begitu menarik. Di akhir acara, ketika shabri
ditanyakan mengenai apa yang menjadi harapan dia ketika sah menjadi siswa ADISS
ini, dia menjawab, “ semoga bakat yang saya miliki bermanfaat terhadap
masyarakat, dan juga dapat merubah diri saya kearah yang lebih baik”.(d)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar