Pages

Kamis, 31 Maret 2011

Kalam Hikmah di Ta'lim Al-Muta'allim

Seusai merampungkan dua rakaat shalat shubuh, aku bergegas pergi ke kamar ku yang bersebelahan dengan mushalla tempat ku shalat, untuk mengambil sebuah kitab kuning yang bernama Ta’lim Al-Mut’allim.

Setelah mengambil kitab Ta’lim Al-Mut’allim, aku kembali bergegas pergi menuju mushalla untuk mengikuti pengajian kitab Ta’lim Al-Mut’allim yang di ajjikan (diajarkan) oleh Ust. Asro, salah satu guru di pesantren Salafiyah Syafi’iyah, tempat ku menimba ilmu.

Di pagi yang dingin itu, ku buka lembaran demi lembaran kiatb Ta’lim Al-Mut’allim, bersamaan dengan salam yang di ucapkan oleh Ust. Asro, tanda pengajian dimulai. Pada saat itu kitab Ta’lim Al-Mut’allim yang diajikan setiap sehabis shubuh itu, sampai pada pasal memuliakan ilmu, dan guru.

Basmalah pun di lantunkan oleh Ust. Asro, mengawali pembahasan pasal memuliakan ilmu dan guru, dan aku pun mulai menyimak kalam-kalam hikmah yang beliau bacakan, sambil ku torehkan pena ku di atas lembaran kertas kuning kitab ku, untuk mema’nai kalam-kalam hikmah itu.

Setelah berselang beberapa menit aku mendengarkan kalam-kalam indah besutan Syeikh Az-Zarnuji itu, tiba-tiba aku tertegun sambil merenung ketika kalam-kalam yang dibaca Ust. Asro itu sampai pada kalimat :

Qaala ‘alii karramallahu wajhahu : anaa ‘abdu min ‘allamanii harfan waahidan, in syaa a baa’a wain syaa a a’taqa wain syaa a istaraqqa, wa qad isyidtu fii dzaalika
Artinya : Ali r.a berkata : aku tetap menjadi budak orang yang mengajarku, meskipun hanya satu huruf. Kalau orang tersebut ingin menjualku, maka bolehlah. Jika dia ingin membebaskan atau menetapkan ku menjadi budaknya, aku tetap mau.


Sungguh mulia eksistensi guru menurut anggapan Sahabat Ali itu, bayangkan! Dia rela dan siap terhadap apa saja yang mau dilakukan padanya oleh seseorang yang pernah mengajarkan dia satu huruf saja, diantara kerelaannya itu adalah dia rela untuk menjadi budak, dan dia siap untuk di jual kepada siapapun oleh orang yang mengajarkan dia satu huruf saja.

Andaikan para penunutut ilmu di negeri ini berjiwa laksanakan Sayyidina Ali r.a yang sangat memuliakan guru itu, aku yakin tak akan ada konflik antara guru dan murid seperti yang sering terjadi di zaman sekarang ini.

Itulah salah satu kalam hikmah yang temaktub dalam kitab Ta’lim Al-Mut’allim karangan Syeikh Az-Zarnuji yang sudah saya raup dalam pengajian ba’da shubuh di pesantren ku, semoga kalam hikmah ini juga bermanfaat bagi anda yang berkunjung ke blog ku ini.

11 komentar:

  1. wow luar biasa. mondok yg bener ya dek biar jadi generasi yg membanggakan. Oia UN nya tetap fokus ya biar lulus

    BalasHapus
  2. rasanya mencari pengabdi seperti ali dimuka bumi ini sudah tak de lagi walau hnya serang sahaja..

    BalasHapus
  3. santri toh...!
    selamat ya masih mau mondok.. aku suka liat anak santi yg belajar kitap gundul.. :)
    post lagi ya ilmu2 pesantrennya. biar kita2 tau..

    BalasHapus
  4. maksih atas semua motivasinya, ....

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum

    dulu aku pernah mondok juga di darul ulum jombang.. 2tahun..
    dulu, jangankan ngeblog.. Hape aja belum ada..
    jadi kerjaanya cuma baca kitab kuning terus :D

    BalasHapus
  6. wah,salut...Gue sama sekali dangkal ama Agama,jangankhan kitab kuning,al-qur'an aja bacanya banyak salahnya..

    BalasHapus
  7. sip...
    manuasia yang etis adalah manusia yang mau berproses dari bawah...
    jangan sukses sebelum memanusiakan manusia....

    BalasHapus
  8. keinginan belajar yang seperti itu yang terkadang sudah tidak dimiliki sama orang jaman sekarang. Bisa dibayangkan jika semua berpikiran sama, mau melakukan apapun untuk memperoleh ilmu, pasti nggak cuman pribadi aja yang berkembang.

    BalasHapus
  9. Konflik guru dan murid.. itulah yg terjadi di sekolah anakku beberapa bulan terakhir ini. Sayangnya hingga kini masalah itu belum juga selesai.

    BalasHapus
  10. Memang harusnya murid2 memuliakan guru2nya...

    BalasHapus
  11. kopituhan@: sip sip...
    orang filsafat

    BalasHapus

Facebook