Pages

Minggu, 06 Februari 2011

Indahnya Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Di Waktu Malam



Adzan maghrib di kumandangkan di mushalla dan masjid ibrahimy, santri santripun sudah siap untuk pergi menghadap sang ilahi, dengan memakai wangi wangian, menyanguh tasbih, siwak, dan berslendang sajadah.

Suasana asrama pun menjadi sibuk seolah olah akan ada acara besar yang harus di hadiri oleh para santri, hentakan kaki santri terdengar di sekitar, bak prajurit yang sedang berperang, suara yang akrab sekali di telinga itu sudah tak saya hiraukan lagi, saya bersama kitab kuning ku, saya bawa pergi ke masjid yang terbesar di situbondo itu, untuk meraup madu ilmu sebanyak banyaknya.

Di masjid, santri pun sudah duduk bertebaran, sambil melantunkan dzikiran seblum iqamah, suasana masjidpun menjadi hidup seketika. Pekerjaan yang di lakukan santripun bermacam macam, ada yang membaca alqur’an, wiridan, shalat sunnah, dan lain lain.

Iqamah pun di perdengarkan sebagai tanda shalat akan di mulai, para santri pun serentak berdiri untuk menghadap sang ilahi, saya yang pada saat itu menghafalkan tasrifan langsung berdiri, sambil menggesekkan kayu siwak di gigiku.

Allahuakbar…., imam sudah bertakbir, para santripun berniat untuk shalat maghrib, shalat berjalan dengan hikmad di masjid yang megah itu. Setelah shalat, imampun melantunkan dzikir sambil di ikuti oleh para ma’mum, hinggga akhirnya imam memimpin pembacaan doa, setelah imam mengucapkan “al fatihah” santri pun serentak mengusapkan kedua tangannya ke wajah mereka, dan membaca surah alfatihah.

Pada saat alunan istighatsah yang merdu itu di lantunkan, ada beberapa santri yang shalat sunnah, ada yang membaca al-quran, ada yang semangat ikut melantunkan istigatsah, dan ada juga yang sibuk dengan hafalannya, seperti tasrifan, nazham alfiya, nazham maqsud, dan lain lain. Sungguh indah sekali suasana masjid pada saat itu, yang kurasakan hanya kedamaian di dalam rumah sang maha pencipta.

Istighatsah yang dilantunkan pun sampai pada kalimat “warham huma kullahaa”, istigatsah pun selesai, santri santripun berdiri dan melanjutkan langkahnya keluar menuju kamarnya masing masing, untuk melakukan kegiatan (ngaji), dan juga ada sebagian santri yang masih duduk bersila menunggu sang guru datang, untuk belajar kitab kuning.

Pengajian di mulai dengan tanda duduknya guru di tempat mengajar, santri-santri pun sudah membuka kitabnya masing masing, dan ada juga yang sibuk menanyakan halaman kitab yang di ajikan itu kepada temannya, kebiasaan ini sering dilakukan bagi santri yang sering bolos, dan tidur saat pengajian berjalan. Guru pun membacakan kitabnya dengan suara yang santai tapi jelas, agar para santri bisa mendengarkan dan menyimak dengan baik dalam memaknakan kitabnya masing-masing.

Waktu pun berjalan bagaikan bola bowling yang sedang menggelendeng, hingga mengantarkan saya pada akhir pengajian, sang guru pun mengatakan “wallahu a’lam” pengajian pun sudah selesai, para santri menutup kitabnya masing-masing, dan ada juga yang masih belajar pada kitabnya yang sudah di ajikan. Bagi mereka yang tidak belajar, mereka memilih mengobrol bersama temannya, ada yang tajdidul wudhu’ (memperbaharui wudhu’) dan ada juga yang berbaring santai melepaskan penat di fikiran.

ALLAHHU AKBAR ALLAHU AKBAR, adzan isya’ berkumandang memecahkan suasana masjid yang agak sepi, santri santri pun berdatangan dari kamarnya masing-masing, keceriaan pun tampak pada wajah-wajah para santri, semuanya merasakan betapa indahnya kebersamaan pada saat itu. Santri-santri ambil tempat masing masinng, bagaikan para undangan yang sudah di tentukan tempat duduk nya, dengan duduk silanya yang rapi santri terlihat disiplin, dan ada juga santri yang ambil tempat untuk shalat sunnah tahyatal masjid dan qabliah ‘isya’, untuk meraup sebanyak banyaknya pahala yang dijanjikan oleh sang maha pencipta terhadap para hambanya.

Pada akhirnya, iqamah di perdengarkan lagi, sebagai tanda dimulainya shalat. Shaf yang lurus pun sudah tertata, imampun bertakbiratul ihram, di ikuti mam’mum yang langsung berniat untuk shalat. Rukun demi rukun terlaksanakan dengan penuh hikmad, hingga sampailah pada rukun yang terakhir yaitu salam, “ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAH”, shalat selesai, dzikiran setelh shalat di bacakan, dilanjutkan dengan doa yang dipimpin imam, dan melantunkan istigatsah tanda doa telah selesai.

Setelah istigtsah telah selesai, semua santri turun dari masjid menuju area pondok pesantren untuk muthala’ah, ada yang mengaji tafsir di mushalla bersama dengan kh. Afifuddin Muhajir, ada juga yang pergi ke lembaga Al-barqi, untuk belajar alquran, dan ada juga yang pergi ke lembaga Amtsilati, untuk mereka yang haus sekali akan ilmu alat, (Nahwu dan sharraf). Jam muthal’ah di pesantren ku di mulai dari ba’da ‘isya’, sampai jam 8:30, sekitar 1 jam.

Jam menunjukkan pukul 8:30, jam muthala’ah pun berakhir, para santri pun keluar dari majlis (tempat belajar) nya masing-masing. Suara hentakan langkah para santri pun tak terelakkan lagi, yang cukup membuat gaduh suasana yang sebelumnya lumayan sunyi. Dengan membawa kitabnya masing-masing para santri pulang ke kamarnya masing-masing, yang ingin hanya menyimpan kitabnya, dan ada juga yang pulang ke kamarnya sekaligus menghadiri muthala’ah di kamarnya.

Pondok pesantren terasa ramai pada malam hari setelah jam muthala’ah selesai, berbagai macam aktivitas di lakukan oleh para santri, beberapa santri ada yang menyempatkan dirinya untuk berselancar di dunia maya, di warnet yang berlokasikan di atas masjid, beberapa lagi memilih menikmati buku-buku yang di suguhkan oleh pihak perpustakaan, beberapa santri lagi ada yang memilih untuk berziarah di makam guru besar atau pendiri dan pengasuh pondok pesantren, yaitu makam KHR. SYAMSUL ARIFIN (sebagai pendiri), KHR. AS’AD SYAMSUL ARIFIN (pengasuh pondok pesantren tempo dulu), dan juga para keluaraga beliau. Adapun sebutan yang terkenal buat makam mereka itu adalah “ASTA”, nama itulah yang di sebutkan oleh para santri. Selain pergi ke ASTA, sebagian santri ada yang mengisi aktivitasnya setelah muthala’ah, dengan berjalan-jalan di luar area pondok pesantren.

Aktivitas jalan-jalan di pesantrren pada malam hari adalah aktivitas yang selalu di lakukan oleh para santri. Bersam teman-teman, sambil berbicara, dan ditambah deengan tawa, para santri memenuhi jalanan yang terasa hidup bak kota yang sedang padat. Tujuan dari jalan-jalanya santripun beragam, antara lain; toko nasi, toko buku, toko baju, ATM, dan ada juga yang cuma iseng duduk santai di kursi yang ada di tepian jalan. Kecerian, dan kebersamaan terlahirkan dari rutinitas ini.

Malam semakin larut, satu persatu para santri meninggalkan jalanan menuju kamarnya masing-masing, hingga akhirnya jalanan agak mulai sepi, hanya ada para penjual nasi, jajanan, dan orang luaran yang masih bersantai, dan berdiskusi di warung kopi pinggiran. Tepat jam 00:00 pondok pesantren terasa sunyi, hanya terdengar dengkuran para santri yang sedang berpetualang di dunia mimpi.  Karena terlalu Padatnya aktivitas yang ada di pondok pesantren  sehingga dapat membuat para santri  menjadi lelah termasuk diantaranya adalah saya, tubuh ku yang begitu lelah, membuat kantukku semakin menjadi-jadi, sebelum tidur saya berdoa pada-NYA, “Bismika allahumma ahya wa bismika amuutu”, perlahan ku tutup mataku melepaskan lelah dan penat yang bersarang di tubuhku. Aktivitas pada malam hari berakhir sampai disini.

2 komentar:

  1. longing u sukorejo...regretfully...I don't care when I still stay there....i'm sorry,,,I have many mistake..."from me, slave of God"

    BalasHapus
  2. never main, important i can give you information about sukorejo....

    BalasHapus

Facebook